Pages

clock

calendar


Riasa Rizky. Powered by Blogger.

Total Pageviews

Monday 15 February 2016

Hikmah Mengingat Kematian






“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Dan hanya pada hari kiamat diberikan dengan sempurna balasanmu. Siapa yang dijauhkan dari neraka  dan dimasukan ke dalam surga, sungguh, dia memperoleh kemenangan. Kehidupan di dunia hanyalah kesenangan yang memperdaya” (Al imran 185)
Ayat tersebut merupakan janji alloh terhadap seluruh makhluk ciptaanya bahwa ia akan merasakan kematian. Tidak peduli tua, muda, kaya maupun miskin. Kematian adalah terputusnya hubungan ruh dan badan, kemudian ruh berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dan seluruh lembaran amal ditutup, pintu tobat dan pemberian waktu kehidupan pun terputus. Kematian merupakan rahasia alloh yang tidak seorangpun yang dapat mengetahui.
 Manusia bukanlah makhluk abadi, sehebat atau sepintar apapun, ia tidak akan dapat hidup abadi. Dunia hanyalah tempat mencari bekal untuk menempuh suatu perjalanan, perjalanan yang sangat panjang, perjalanan dimana tidak ada yang dapat menolong selain amal yang telah dilakukan, perjalanan yang akan memisahkan antara anak dan orang tuanya, istri  terhadap suaminya, perjalanan yang memiliki tujuan akhir yaitu surga atau neraka. Untuk mempersiapakan perjalan tersebut banyak cara yang dapat ditempuh salah satunya adalah mengingat kematian itu sendiri, yang akan berdampak pada perilaku umat muslim.
Nabi muhammad SAW menganjurkan agar banyak mengingat kematian. Beliau bersabda ”perbanyaklah olehmu mengingat-ingat kepada sesuatu yang melenyapkan segala macam kelezatan, yaitu kematian.”(HR.Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Imam al Qurtubi mengatakan bahwa, hadis nabi SAW tersebut merupakan nasihat sekaligus peringatan. Mengingat kematian itu perintah, sebab orang yang teringat kematian dengan sebenarnya pasti akan mengurangi sifat-sifat tamaknya terhadap dunia dan menghalanginya untuk berangan-angan yang tak berujung.
Mengingat kematian juga banyak dilakukan oleh para ulama salafus sholeh diantaranya adalah Ar Robi’ bin Khutsaim, ia pernah menggali kubur di rumahnya jika dirinya dalam kotor (penuh dosa), ia bergegas memasuki lubang tersebut, lalu berbaring dan berdiam disana. Tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh Ibrahim bin Adham. Ibnu Basyir rohimahulloh berkata, “suatu ketika kami melewati perkuburan bersama Ibrahim bin Adham. Kemudian beliau mendekati beberapa makam dan meletakkan tanganya di atasnya, ia berkata,”semoga alloh azza wa-jalla merahmati anda wahai fulan”, kemudian beliau mendatangi makam-makam yang lain dan mengucapkan kata-kata yang sama. Demikianlah sampai tujuh makam. Lalu ia berdiri diantara makam-makam itu dan berkata dengan nada tinggi, “wahai fulan, wahai fulan... kalian telah meninggal dan kalian mendahului kami sedang kami akan segera menyusul.” Kemudian beliau menangis dan tenggelam dalam fikiranya. Setelah beberapa saat beliau menghampiri kami dengan wajah sembab dan air matanya berlinang bagaikan mutiara yang cemerlang.
Seseorang yang banyak mengigat kematian akan memandang urusan dunia urusan yang remeh, ia akan mengesampingkan dunia dan mendahulukan perintah alloh. Ketika ia mengalami masalah sebesar apapun ia akan memandang kecil masalah tersebut, karena masalah terbesarnya adalah berbuat dosa dan melakukan sesuatu yang mengundang murka alloh. Al-Hasan Al Bashri rohimahullahu berkata, “tidaklah hati seorang hamba sering mengingat mati melainkan dunia terasa kecil dan tiada berarti baginya, dan semua yang ada di atas  dunia ini hina baginya.”
Empat belas abad silam, rosululloh saw telah mengabarkan kepada para sahabatnya tentang kondisi kaum muslimin sepeninggalanya nanti. Isyarat yang beliau sampaikan itu bisa kita rasakan hari ini kebenaranya.
Imam Abu Dawud-rahimulloh dalam kitab sunahnya meriwayatkan dari sahabat Tsauban radhiyallahu’anhu ia berkata, telah bersabda rosululloh SAW “hampir saja tiba (masanya) umat-umat akan mengeroyok kaliam sebagaimana orang-orang yang lapar mengeroyok makanan di meja makanan.” Ada seseorang yang bertanya ”apakah jumlah kami yang sedikit waktu itu wahai rosululloh?” rosululloh menjawab, “bahkan jumlah kalian pada waktu itu sangat banyak. Akan tetapi kalian adalah bebuihan sebagaimana bebuihan dilautan. Sungguh alloh SWT akan mencabut dari dada-dada musuh kalian rasa takut (terhadap kalian), serta mencapakkan ke dalam hati kalian penyalit wahn.” Lantas ada yang bertanya, “wahai rosululloh, apa penyakit wahn tersebut?” rosululloh bersabda,”cinta dunia dan takut mati.”(HR.Abu Dawud)
Banyak umat islam generasi sekarang yang lebih mencintai dunia dan takut akan kematian. Mereka berlomba-lomba dalam mengejar materi dunia, padahal  alloh swt memeritahkan kita untuk berlomba-lomba dalam mengerjakan amal soleh. Terdapat orang-orang yang sombong dan sanggat berbangga diri dengan segala yang ada pada dirinya padahal kemarin ia adalah air mani dan esok akan menjadi bangkai. Ada yang berjuang mati-matian untuk membangun istana di dunia, tetapi ia lupa membangu rumah pribadinya di akhirat.
Manusia seakan lupa bahwa kematian terus mengintainya dibelakang, mereka mencari dunia seakan-akan mereka hidup kekal. Manusia yakin adanya surga namun tidak mau beramal untuk meraihnya. Mereka juga yakin adanya neraka namun mereka seakan tidak takut akan siksa-Nya. Amal baik merupakan salah satu bekal manusia untuk dapat masuk ke surga, apakah manusia begitu sombong, sehingga ia sudah merasa cukup mempunyai bekal dan melalaikan urusan akhirat ?
Dalam ayat al quran banyak yang menjelaskan bahwa dunia merupakan sesuatu yang menipu dan senda gurau, salah satunya terdapat pada surat al hadid
“ketauhuilah, sesunguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan senda gurauan, perhiasan dan saling berbangga diantara kamu dan berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan. Seperti hujan yang tanaman-tanamanya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari alloh serta keridhaan-nya. Dan kehidupan di dunia tak lain adalah kesenangan yang palsu.” Al hadid (20)
Hikmah dari ayat tersebut adalah orang-orang yang tidak mencintai alloh dan takjub dengan hal-hal yang bersifat duniawi. Sejatinya bahwa kehidupan dunia akan berujung pada dua hal yaitu dunia yang akan meninggalkan kita, contohnya karena kemiskinan, dan yang kedua adalah kita yang akan meninggalkan dunia dengan kematian.
Seseorang yang telah ditakdirkan untuk meninggalkan dunia tidak akan pernah bisa menunda hal itu. Kematian akan datang pada waktu yang telah ditentukan oleh alloh. Tidak ada satupun yang dapat menghindari kematian walaupun dia berada di benteng yang sanggat tinggi dan kokoh.
”...maka apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun” an nahl:61
“...kematian pasti akan mendapati kalian, walaupun kalian berada didalam benteng yang tinnggi lagi kokoh” an nisa:78
            Agar penyesalan tidak terjadi pada umat muslim, hal yang harus kita lakukan adalah memanfaatkan detik-detik umur dengan mengisinya dengan kebaikan. Memenuhi waktu yang kita miliki dengan amalan ketakwaan untuk bekal dalam perjalanan panjang yang pintu gerbangnya adalah kematian. Dengan mengingat-ingat kematian, lebih-lebih memperbanyaknya, mendorong seorang muslim untuk mempersiapkan bekal guna menyongsong datangnya kematian, karena dia sadar bahwa dirinya pasti akan mati. Karena hikmah inilah, maka rosululloh mengajak umatnya untuk memperbanyak mengingat kematian.
Mengingat kematian memiliki beberapa hikmah, Ad-Daqqaq r.a berkata,”siapa yang banyak mengingat kematian, maka ia akan dimuliakan dengan tiga perkara; segera bertaubat; mendapatkan kepuasan hati; dan bersemangat dalam beribadah.
            Mengingat kematian adalah termasuk ibadah tersendiri, dengan mengingatnya saja seseorang telah mendapatkan ganjaran karena inilah yang diperintahkan oleh suri tauladan kita. Mengingat kematian membantu kita dalam khusu’ sholat, selain itu dapat menjadikan umat muslim untuk terus memperbaiki hidupnya untuk mengerjakan amalan yang berguna untuknya di akhirat. Dapat menjauhkan diri cinta kepada dunia dan menguatkan keinginan pada akhirat. Mengingat kematian juga dapat melembutkan hati, membuat mata menangis, memberi semangat untuk lebih taat dan menghapuskan keinginan dari hawa nafsu.
            Faktor-faktor yang membantu seorang muslim agar tidak melupakan kematian antara lain dengan banyak membaca ayat-ayat alloh yang membahas mengenai kematian, berziarah kubur, peziarah akan menyadari bahwa dirinya akan menyusul, keadaan ini membuatnya bersiap diri. Imam al-Qurthubi berkata: “para ulama berkata, “tidak ada sesuatu yang lebih bermanfaat bagi hati dari pada ziarah kubur, lebih-lebih jika hati tersebut membantu.
            Selanjutnya adalah mengingat sakaratul maut dan merenungkanya. Saat ini merupakan moment yang menentukan seseorang apakah ia akan meraih khusnul khotimah atau su’ul khotimah. Hendaknya muslim juga memahami hakikat kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Perbandingan akhirat dengan dunia seperti yang telah dijelaskan oleh rosululloh dimana beliau bersabda; “demi alloh, dunia dibandingan denga akhirat tidak lain seperti salah seorang darimu mencelupkan jarinya ini dan yahya memberi isyarat dengan telunjuknya ke laut. Liatlah air yang menempel dijarinya.”(HR.Muslim)
Al Atha’ al Kharasani dengan berwasiat:“aku tidak mewasiatkan kepada kamu sekalian tentang urusan dunia. Untuk urusan itu kalian telah mendapatkanya. Yang aku wasiatkan kepada kalian adalah urusan akhirat kalian. Ambilah bekal dari dunia yang fana ini untuk kehidupan akhirat yang abadi. Jadikanlah dunia ini seperti sesuatu yang sudah kamu tinggalkan. Dan demi alloh, kamu pasti akan meninggalkanya. Jadikanlah akhirat itu tempat yang telah kamu singgahi dan demi alloh kamu memang akan singgak di sana. Ia (akhirat) adalah kampung halaman setiap manusia. Dan tidak seorang pun yang keluar berpergian tanpa mempersiapkan bekalnya. Orang yang mempersiapkan bekal yang berguna buat dirinya, ia akan bahagia sedangkan orang yang keluar berpergian tanpa mempersiapkan bekal, ia akan menyesal.
Kalau ia kepanasan, ia tidak akan mendapatkan tempat berteduh. Kalau ia kehausan, tak akan mendapat air pelepas dahaga. Sesungguhnya perjalanan hidup di dunia ini pasti berakhir. Orang yang paling kuat adalah yang selalu bersiap-siap untuk perjalanan yang tiada berakhir (akhirat).
Apakah kita mengharapkan dimasukan surga tanpa bekal? Apakah kita berharab dibebaskan dari hisab dan azab tanpa amal? Marilah kita sama-sama untuk sering mengingat kematian, terdapat hikmah-hikmah yang terkandung didalamnya yang akan berdampak pada penentuan tujuan akhir kita, surga atau neraka. Wallahu a’lam bisshawab.

separador

0 comments:

Post a Comment

pict

pict

pict

pict

Followers

Translate