Pages

Sunday 6 October 2019

Tragedi Berdarah di Wamena, Bumi Cendrawasih




Akhir-akhir ini papua memang sedang bergejolak, kerusuhan di wilayah-wilayah tertentu menjadi bahasan yang menarik untuk di renungi. Menteri POLHUMKAM, Wiranto, menjelaskan penyebab kerusuhan yang terjadi dan menyebabkan puluhan orang meninggal serta korban luka-luka adalah karena gerakan sparatis papua yang ingin meunjukan eksistensinya serta ada kaitanya dengan sidang PBB.

Bentrokan tersebut berawal dari adanya isu di Wamena, seorang guru yang mengeluarkan kata-kata rasis sehingga mereka melakukan aksi solidaristas. Namum kapolda Papua mengatakan bahwa isu tersebut tidak benar.


Bentrokan yang terjadi di Wamena menyebabkan terbakarnya sejumlah ruko, kios milik masyarakat, kantor PLN, kantor Bupati dan tempat-tempat lainya. Ribuan Warga pendatang pun di pulangkan ke wilayah masing-masing akibat kerusuhan ini. Akibatnya mereka juga mengalami terauma karena pembunuhan yang sadis.


Menurut peneliti  lembaga Ilmu penelitian Pengetahuan Indonesia (LIPI) akar masalah yang timbul dari rentetan permasalah yang sedari dulu tidak kunjung selesai adalah sejarah, suku, ekonomi dan pelanggaran HAM. Masalah inilah yang sering merembet kepada masalah lain seakan konflik tidak pernah usai, terlebih masalah kesukuan yang sering dan rentan menjadi pemicu.


Bhineka Tunggal Ika "berbeda beda namun tetap satu jua" yang menjadi semboyan bangsa seakan gagal menjalankan fungsi nya. Terbukti konflik SARA sering kali terjadi. Belum lagi dalam konflik Papua ini, intervensi asing sangat kuat, terutama AS. Hal yang tidak dapat dipungkiri pihak asing terus mengengam Papua, sampai mengerahkan sejumlah prajuritnya ke negara Australia dan beberapa pulau di sekitar Papua.


Papua memang seperti mutiara yang tersimpan. Dibalik konflik suku yang sering terjadi, Papua memiliki kekayaan yang tak ternilai. Hasil bumi seperti hasil laut, hasil pertanian, hasil hutan maupun hasil tambang hingga saat ini kekayaan tersebut tidak ternilai. Belum lagi sektor wisata yang juga berpengaruh dalam pemasukan ekonomi. Negara yang berbasis pegunungan tersebut masih menyimpan potensi Kekayaan yang belum ditemukan.


Selain hasil alam yang dimilikinya, wilayah papua juga sangat mahal untuk berbagai kepentingan, geostrategi dan geopolitik. Papua di apit oleh dua samudra besar yaitu samudra Pasifik dan samudra Hindia, juga diapit oleh dua Benua yaitu Asia dan Australia. Budi Susilo Soepanji ( mantan gubernur LEMHANAS ) mengatakan posisi silang ini dikenal dengan posisi silang maut ('Das Totenkreuz') karena selain dapat menghasilkan kejayaan yang besar di sisi lain juga rentan terhadap konflik.



Masalah yang rumit dengan adanya pihak-pihak kepentingan yang juga menyulut konflik. Islam agama yang sempurna, masalah yang ada saat ini adalah pengulangan masalah masalah yang ada pada sejarah. Islam sebagai agama yang juga mengatur kenegaraan memiliki figure sempurna yang patut di teladani. Di awali dengan hijrahnya Nabi SAW ke Madinah, meleburkan masyarakat majemuk muslimin menjadi satu, masyarakat yang plural di kumpulkan dalam satu wadah kemaslahatan. Dimulai dengan mempersaudarkan sahabat-sahabat ansor, persaudaraan yang dilandaskan keimanan hakiki bahkan ikatanya kuat melebih apapun. Sehingga persauaraan ini juga di rasakan oleh kaum musyrikin Madinah.


Dikutip dari buku "Manhaj Haraki Dalam Sirah Nabawiyah" karangan Syaikh Munir M. Ghadhban, merekam secara jelas, bagimana cara rosul SAW menyelesaikan masalah ke sukuan dalam masyarakat. Peristiwa itu terjadi saat Abdullah bin Ubay sebelum masuk islam, melakukan hal yang membuat kaum muslimin marah. Terjadilah huru hara di antara kaum muslimin dan yahudi serta kaum musyrikin hingga emosi memuncak. Rosul SAW meredakan emosi mereka agar bisa kembali tenang.


Inilah bentrokan pertama kaum Muslimin dengan kaum musyrikin di Madinah. Sekiranya Rosul membiarkan masalah ini di tangani kaum Muslimin sendiri, pasti akan terjadi pertempuran yang dahsyat. Rosulullah SAW memperingatkan golongan penyembah berhala untuk mengangkat senjata untuk kaum muslimin untuk tidak meneruskan langkah mereka. 


Rencana kaum Quraisy sebagai pihak luar yang ingin mempengaruhi kaum musyrikin di Madinah agar menumpas Rasul SAW dan pengikutnya telah gagal. Ternyata kedua belah pihak meletakkan senjata mereka masing-masing. Kedua belah pihak telah mengakui perbuatan mereka yang akan berakibat kepada sanak saudara sendiri.

Saat ini konflik Papua "berhasil" mengusir masyarakat yang berasal dari wilayah lain akibat dari kelalaian pemerintah pusat yang seolah tidak cepat tanggap menetralisir masalah ini hingga lebih luas. Bahkan masalah yang terjadi Papua sekarang, belum di tetapkan sebagai bencana Nasional, dimana hanya pihak wilayah Papua yang berusaha meredam konflik.


Begitulah sebaiknya seorang pemimpin menyelesaikan masalah. Masalah yang timbul di tengah masyarakat yang berbeda namun dalam suatu wilayah. Butuh pemimpin yang bijak dan lembut untuk menyetuh hati masyarakat yang memiliki keyakinan yang berbeda. Apalagi dengan intervensi luar yang kuat, sebaiknya pemerintah menyelesaikan masalah Wamena Papua dari dalam, dialog langsung oleh pemimpin bukan di selesaikan sendiri oleh masyarakat, di persaudarakan, lontarkan rasa kebangsaan dan nasionalisme, atau membela golongan lemah yang sedang di dzholimi asal tidak bertentangan dengan ajaran Islam.

Wallahualam bishawab

1 comment: