Dalam kesempatan kali ini penulis akan
mengkritisi sebuah pemikiran, jika dilihat dalam kaca mata agama Islam,
pemikiran ini begitu popular khususnya dikalangan wanita, pemikiran tersebut
adalah Feminisme. Sebelum kita membahas pemikiran Feminsme dalam Islam
hendaknya kita mengetahui apa yang di maksud oleh pemikiran ini.
Feminisme
(tokohnya disebut Feminis) adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut
emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. Feminisme berasal dari
bahasa Latin, femina atau perempuan. Istilah ini mulai digunakan pada tahun
1890-an, mengacu pada teori kesetaraan laki-laki dan perempuan serta pergerakan
untuk memperoleh hak-hak perempuan. Sekarang ini kepustakaan internasional
mendefinisikannya sebagai pembedaan terhadap hak hak perempuan yang didasarkan
pada kesetaraan perempuan dan laki laki.[1]
Terdapat
beberapa aliran Feminisme
diantaranya, Feminisme Liberal ialah terdapat pandangan untuk menempatkan
perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Aliran ini
menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan
antara dunia privat dan publik, lalu Feminisme Radikal melawan kekerasan seksual dan industri pornografi. Pemahaman
penindasan laki-laki terhadap perempuan adalah satu fakta dalam sistem
masyarakat yang sekarang ada. Dan gerakan ini adalah sesuai namanya yang
"radikal", Feminisme Post Modern Mereka berpendapat bahwa gender tidak bermakna identitas atau
struktur sosial, Feminism Anarkisme lebih bersifat sebagai suatu paham politik yang
mencita-citakan masyarakat sosialis dan menganggap negara dan sistem
patriaki-dominasi lelaki adalah sumber permasalahan yang sesegera mungkin harus
dihancurkan, Feminisme Marxis aliran ini memandang masalah perempuan dalam kerangka kritik Kapitalisme dan masih terdapat
beberapa aliran Feminism yang lain yang intinya adalah memperjuangkan persamaan
antara wanita dan kaum pria.[2]
Gelombang
Feminisme di Amerika
Serikat mulai lebih keras bergaung pada era perubahan dengan terbitnya buku The
Feminine Mystique yang ditulis oleh Betty Friedan pada tahun 1963. “The
Feminine Mystique“. Buku yang menjadi rujukan kaum Feminis ini menggambarkan peranan wanita
dalam masyarakat Industri.
Di situ, Friedan mengkritik habis peran ibu rumah tangga penuh waktu yang
baginya sangat mengekang dan jauh dari penghargaan terhadap hak wanita. The Feminine Mystique berubah
menjadi “kitab suci” bagi kaum wanita dan ia digadang-gadang sebagai pencetus Feminisme gelombang kedua setelah ombaknya
pernah menyapu dunia abad 18.
Begitu besar pengaruh Feminisme
ini terhadap wanita wanita di seluruh dunia bahkan kaum muslimin sekalipun,
masalah wanita yang tejadi di Barat bukan diselesaikan melalui aturan agama
melainkan melalui aturan yang dibuat oleh manusia sendiri yang notabene
mengedepakan napsu atau kepentingan suatu golangan atau kelompok tertentu.
Islam dengan seperangkat aturannya yang sempurna telah
berhasil mengangkat derajat perempuan. Islam menfungsikan wanita sebagai
pendidik yang luar biasa yang bisa menghasilkan generasi penerus yang unggul.
Cerita Sumayyah binti Khubbath, mujahidah pertama dalam Islam, menjadi
buktinya. Ada juga ‘Aisyah yang menghafal begitu banyak hadits dan menjadi
perawi hadits yang terkenal. Dan Nusaibah binti Ka’ab, perempuan yang dengan berani
ikut melindungi Rasululloh SAW dalam perang Uhud dan berhasil mengantarkan
anak-anaknya menjadi para syuhada dan masih banyak cerita wanita islam lainya
yang menginspirasi dan bukan digambarkan dengan wanita yang tertindas, islam
sekalipun tidak mengajarkan penindasan wanita, syariah islam yang ada pun
menempatkan wanita sesuai kedudukanya dan mengerti betul bagaimana faktor
biologis yang memandang memang pria dan wanita tidak dapat disamakan.
Seperti dalam surat an nisa ayat 34
“laki-laki itu adalah pemimpin atas perempuan
dengan sebab apa ayng telah Allah lebihkan sebagian kalian atas sebagian yang
lain dan denag sebab apa-apa yang mereka infaqkan dari harta-harta mereka. Maka
wanita-wanita yang shalihah adalah yang
qanitah (ahli ibadah), yang menjaga (kehormatannya) taatkala suami tidka ada
dengan sebab Alalh telah menjaganya. Adapun wanita-wanita yang kalian
kawatirkan akan ketidaktaatannya maka nasihatilah mereka, dan tinggalkanlah di
tempat-tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Akan tetapi jika mereka sudah
mentaati kalian maka janganlah kalian mencari-cari jalan (untuk menyakiti)
mereka, sesungguhnya Allah itu Mahatinggi Mahabesar”.
pandangan yang salah terhadap ayat ini membuat sebagian orang jahil lalu
mengolok olok Islam dan menyebut Islam menentang hak-hak Perempuan, padahal
yang mereka saksikan adalah penerapan yang buruk yang bersumber dari ketidak
mengertian mereka, Ironis ketika seseorang yang tidak pernah belajar Islam lalu
berbicara mengenai Islam. Padahal jika dilihat ayat tersebut
mengungkapkan bahwa pria mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap keluarga
dan termasuk istrinya, jika istri tersebut tidak mentaati perintah Alloh maka
suami berhak memberikan teguran secara syari, anjuran ini pun untuk kebaikan
wanita tersebut, islam mengajarkan apa yang umat butuhkan bukan apa yang umat
inginkan.
Namun seiring
berjalanya waktu dan tibalah kita dimana dalam hadits Rasululloh yang sebut
akhir zaman, perlahan, identitas muslimah mulai terkikis. Tidak sedikit
muslimah yang malu terhadap kemuslimahannya. Tergantikan oleh paham Barat yang
dianggap “modern” sedangkan Faham Islam sudah kuno dan kaku. Terbius oleh
godaan Feminisme yang menjanjikan kesetaraan gender dan kebebasan hak perempuan
tak terbatas, dimana wanita mempunyai hak untuk berekspresi dan tidak mau
diatur dengan hukum yang ditentukan. Dimulai dari gaya hidup, tata cara
berpakaian, cara mereka berfikir pun sudah di racuni oleh faham kufur tersebut.
Salah satu kekuatan
barat untuk menyebarkan pemikiran mereka adalah melalui Media, media begitu
berpengaruh dalam dunia Internasional Peran media Barat berhasil menciptakan
profil muslimah yang seolah tertindas dan terkungkung oleh jilbab dan tembok
rumahnya. Aturan mengenai poligami, menutup aurat, warisan, dll, sering
dijadikan alasan yang menguatkan bahwa perempuan Muslim memiliki nasib yang
demikian mengenaskan. Mereka hanya melihat muslim dari kaca mata yang begitu
buram, menyimpulkan sesuatu tanpa mempelajari lebih dalam apa itu aturan Islam
dan untuk apa aturan itu diterapkan.
Alloh SWT berfirman
dalam surat An-Nisa, 4: 124 bahwa laki-laki dan perempuan akan diberikan
balasan untuk amal-amal salehnya.
”Barang siapa yang mengerjakan
amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita, sedangkan ia orang yang beriman,
maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit
pun.” (QS. Annisa [4]: 124).
Surah Al Ahzab: 35
”Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan
perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya,
laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar,
laki-laki berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya,
laki-laki dan perempuan yang dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan
perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama)
Allah, Allah telah menyediakan untuk
mereka ampunan dan pahala yang besar.”
Dari ayat di atas
jelaslah bahwa manusia tidak dibedakan atas jenis kelaminnya. Laki-laki atau
perempuan akan Alloh beri balasan selama dia mengerjakan amal-amal saleh. Para
Feminis bertujuan melepaskan diri dari kungkungan struktur sosial yang mereka
fikir berpusat hanya pada laki-laki, dimana laki-laki mendominasi kehidupan dan
keputusan. Yang terjadi malah perempuan terjebak dalam kungkungan baru yang
diberinama “Kapitalis”. Yang disebut perempuan adalah yang memiliki wajah
cantik dan tubuh yang seksi. Sehingga perempuan berbondong-bondong membeli
produk kecantikan instant dari Barat. Yang disebut perempuan sukses adalah
perempuan yang bisa mandiri tidak tergantung dengan laki-laki, memiliki
penghasilan sendiri dan tidak berkeluarga. Sehingga perempuan
berbondong-bondong meninggalkan fitrahnya dalam keluarga, hingga hancurlah
generasi penerus Islam.
Kita sudah
membicarakan seorang wanita yang begitu berpengaruh terhadap Gelombang Feminisme
di Amerika Serikat, gelombang tersebut mulai lebih keras bergaung pada era
perubahan dengan terbitnya buku The Feminine Mystique yang ditulis oleh
Betty Friedan pada tahun 1963. Buku ini ternyata berdampak luas. Lalu
siapa aktivis wanita tersebut ? siapa sebenarnya Betty Friedan yang mampu
membuat perubahan dan begitu berpengaruh terhadap pemikiran Feminisme ini ?
Betty Friedan sendiri
terlahir dengan nama Betty Naomi Goldstein pada tanggal 4 Februari tahun 1921.
Pada giliranya Friedan berkembang menjadi seorang aktivis Feminis Yahudi
Amerika kenamaan pada durasi 1960-an. Freidan merupakan aktivis wanita yang
beragama Yahudi tidaklah mengherankan bahwa yang mengkobarkan paham Feminisme
adalah soerang Yahudi. Pastilah umat Islam yang paham akan mengetahui bahwa
Yahudi adalah musuh terbesar umat Muslim, meraka akan melakukan segala cara
untuk melumpuhkan umat islam, membuat identitas muslim terkikis dan mengantikan
dengan identitas mereka.
Jika dilihat lebih teliti
bahwa wanita merupakan pemegang kepentingan yang begitu kuat dalam mengurus
masalah rumah tangga, wanita merupakan sosok yang sangat berperan dalam
mendidik, mengurus, merawat anak anaknya yaitu generasi penerus Islam, Barat
begitu mengerti benar bagaimana cara memperdaya umat Islam melalui berbagai
sendi-sendi yang vital, wanita yang telah teracuni oleh pemikiran Barat akan
memiliki dampak yang besar bagi anak anaknya maka anak yang diasuhnya memiliki
pemikiran yang tidak jauh dari ibu nya yang merupakan guru utama mereka, mereka
mendidik anaknya pada jalan yang salah dan tidak sesuai dengan aturan Islam,
yang akan memandang Islam adalah sesuatu yang menurut mereka kuno dan berkiblat
kepada Barat yang modern, apakah generasi Islam yang demikian yang kita
inginkan ? begitulah salah satu strategi barat untuk melemahkan kekuatan islam
melalui generasi islam. Padahal generasi islam memiliki peranan penting dalam
memegang tongkat estafet dari generasi sebelumya, jika generasi baru terseut
sudah ditanamkan oleh racun yang begitu bahaya semenjak dari kecil maka akan
memiliki dampak yang begitu dahsyat dalam perdaban umat islam.
Jika demikian adanya, kita berhak bertanya.
Apakah gerakan penerus utaman gender benar-benar untuk membela kepentingan
wanita sesuai aspirasi dan kodratnya? Ataukah hanya sekedar untuk memenuhi
tuntutan tren kultural dan ideologis dunia yang kini dibawah hegemoni Barat?
Pendek kata apakah wanita benar-benar memerlukan kesetaraan? Bagi Muslim apa yang
salah pada gerakan ini? Salahnya ketika merubah konstruk sosial, agama tidak
diperdulikan. Wallahu’alam bi
shawab.
0 comments:
Post a Comment