Pages

Wednesday, 26 July 2017

Pecahan Konsep Kegemilangan Islam (1)



Tidak dapat dipungkiri tinta sejarah menulis kegemilangan islam pada masa lampau bagaikan sinar mentari dalam pekat nya malam. Berbagai konsep telah ada dan menjadi begitu sempurna ketika syariat menjadi tumpuan. Zaman kegemilangan islam dimulai dari turunya al quran melalui jibril. Sumber kegemilangan tersebut terus merambat melintasi zaman sampai berhenti di tahun 1924.
Hingga kita sampai pada zaman yang rosul bertutur sebagai zaman dimana penguasa dzholim berkuasa. Rosul berkata bahwa sebaik baik nya pemimpin adalah mereka mencintai rakyatnya dan rakyat pun mencintai nya. 

Namun apa yang terjadi pada hari ini ?

Bagaimana kondisi pendidikan negeri kita ?

Bagaimana kondisi kemakmuran indonesia ?

Apakah kondisi perpolitikan kita menghasilkan output yang efektif bagi masyarakat atau sebaliknya dimana korupsi,nepotisme, perpecahan dan masalah masalah yang malah menjerat masyarakat secara perlahan dan menimbulkan apatis.


      Pada fakta nya bukan apatislah yang harus di khwatirkan tetapi murka allah terhadap negeri ini dan dibinasakan semuanya. Apakah ancaman allah itu hanya senda gurau ?


Sungguh umat muslim merasa rindu dengan kejayaan, kondisi negeri islam pada zaman dahulu. Dimana hanya konsep dan syariat islam lah yang di hidupkan, di suburkan bukan konsep yang di import dari negeri sebrang yang bahkan sangat bertentangan dengan syariat. Islam turun sebagai rahmatan lil alamin. Ajaran dan konsep nya pun sungguh luar biasa. Sampai pada jaman keemasanya konsep islam banyak dijiplak, dicontek, dimodifikasi oleh negeri barat.


Salah satu konsep rumah sakit modern yang bahkan belum bisa mendekati tinggi nya standart konsep rumah sakit di masa lalu. Yap.. Rumah sakit modern saat ini dengan segala tekhnologinya belum bisa menyaingi bahkan mendekati kualitas konsep rumah sakit yang didirikan oleh khilafah islamiyah.


Di barat kita mengenal rumah sakit dengan istilah hospital. Kata hospital berasal dari kata hospitality yang arti nya (keramahan). Dulu sejarahnya hospital adalah rumah disamping gereja-gereja yang bertujuan untuk menerima tamu. maka kita dapati saat menerima tamu kita diwajibkan untuk beramah-tamah dan dari sifat inilah kita kenal istilah hospital atau keramah-tamahan. Namun disatu sisi sebenarnya mereka tidak mengerti bagaimana merawat orang sakit.


 Di indonesia sendiri kita mengenal istilah rumah sakit. Rumah sakit terdiri dari dua kata, rumah yang berarti kata benda dan sakit yang berarti kata sifat. Dalam analogi lain misalnya dalam kata ‘Piring Bersih’ kita sepakat bahwa piring kata benda dan bersih adalah kata sifat yang menandakan bahwa piring itu bersih dan tidak kotor. Sedangakan Rumah Sakit adalah istilah bahwa rumah tersebut lah yang sakit. Maka benar hari ini orang datang berobat berangkat dari rumah sehat dan setelah selesai dengan banyaknya beban biaya rumah sakit pembelian obat dan lain sebagainya maka setelah pulang dari tempat tersebut menjadi pusing dan dan sakit, sakit memikirkan banyaknya beban tanggungan.


Konsep besar islam dengan segi penamaanya saja kita tau bahwa islam mempunyai sejarah besar dalam pembentukan peradaban ini. Bimaristan itulah konsep rumah sakit islam. Bimaristan adalah berasal dari Persia, Bimar berarti orang sakit dan stan berarti lokasi atau tempat ini menunjukan arti bahwa Bimaristan adalah tempat untuk mengobati orang sakit. Hal ini berbeda dengan Hospital Jika kita mendalami bahwa kata Hospital atau yang kita sering dengar dengan ‘Rumah Sakit’ ‘adalah sebuah konsep yang rancu.


Bimaristan pada zaman kekhalifahan bukan hanya sekedar tempat merawat dan mengobati orang sakit. BimaRistan juga berfungsi sebagai tempat menempa mahasiswa kedokteran, sekaligus tempat pertukaran ilmu kedokteran, dan pusat pengembangan metode dunia kesehatan dan kedokteran secara keseluruhan. Bimaristan besar dan terkemuka biasanya dilengkapi dengan perpustakaan mewah dengan memiliki barisan koleksi buku-buku terbaru. Selain itu, Bimaristan era kekhalifahan juga dilengkapi ruang auditorium untuk pertemuan sekaligus perkuliahan. Di kompleks Bimaristan juga berdiri sejumlah mess atau hunian untuk mahasiswa kedokteran serta staf . Kalau diperhatikan, program regenerasi ini juga dicontek di era rumah sakit modern.


Ilmu kedokteran yang berkembang dalam peradaban Islam juga mengajarkan toleransi pada agama lain. Misalnya, Bukhtishu, seorang Kristen asal Nestorian. Bahkan Keturunan-keturunan Bukhtishu juga menjadi dokter sampai selama kurang lebih 250 tahun atau sekitar enam generasi setelahnya. Terlebih lagi ada pula yang beberapa dari mereka menjadi dokter pribadi khalifah.


Bimaristan pertama dirintis atas keinginan Khalifah Al-Walid (705 M – 715 M) – seorang khalifah dari Dinasti Umayyah di Al-Andalus (Spain). Tempat perawatan orang sakit yang dikenal dengan sebutan `Bimaristan’ itu disediakan bukan hanya bagi penderita leprosoria tapi juga bagi penderita lepra yang saat itu sedang merajalela. Disini Untuk merawat para pasien itu, khalifah menggaji tenaga perawat dan dokter. Sementara pasien tidak dipunggut biaya, bahkan mendapatkan santunan. Bisa dibandingkan dengan konsep rumah sakit modern? Dimana pasien miskin banyak terbengkalai bahkan diberita dikabarkan sampai ada yang meninggal. Naudzubillah.


Bimaristan pertama yang sebenarnya dibangun pada era kekuasaan Khalifah Harun Al-Rasyid (786 M – 809 M), seiring dengan majunya ilmu ilmu kesehatan di Baghdad. Konsep pembangunan beberapa di Baghdad saat itu merupakan ide dari Al-Razi, dokter Muslim terkemuka.


Mengenai metode pemilihan tempat, para ahli akan memilih lokasi yang mendukung kondisi kesehatan. Mereka akan memilih membangun Bimaristan di atas bukit atau di tepi sungai. Sebagai contoh Bimaristan Al Adhudi, dibangun oleh Adhud al-Dawla di kota Baghdad di tepi sungai Dejlah (Tigris) dan air sungai dialirkan ke halaman dan balai-balai dan kembali mengalir ke sungai. Harun al-Rashid meminta al-Razi untuk mendirikan Rumah Sakit Umum yang pertama. Ia memakai metode yang sangat cerdas dan penuh hikmah dalam menyeleksi lokasi, yakni dengan melakukan potongan-potongan daging di beberapa tempat berbeda di Baghdad untuk menguji yang mana pada akhirnya lokasi dengan kondisi udara yang terbersih.


Keberadaan Bimaristan menjadi rekaman sejarah tentang betapa agung dan tingginya peradaban Islam di abad ke-13 M, hal ini masih ditambah lagi hampir di tiap ibu kota daerah Islam terdapat BimaRistan yang telah dilengkapi dengan madrasah kedokteran, perpustakaan, dan pusat pengembangan medis.


Fakta produk peradaban ummat Islam ini sekaligus menepis anggapan miring yang sering doktrinkan Barat tentang keterbelakangan kaum Muslimin di berbagai sektor ilmu, terutama dalam ilmu pengetahuan.


Pada zaman kegelapan, Bangsa Yunani, misalnya, merawat orang yang sakit di peristirahatan yang bersebelahan dengan kuil atau gereja untuk kemudian dirawat suster ataupun pendeta. Proses pengobatannya pun dilakukan lebih kearah yang bersifat mistis seperti sembahyang dan menyiapkan tumbal untuk dewa penyembuhan yang dikenal dengan nama Aaescalapius. Saat itu di negeri islam sudah mempunyai rumah orang sakit yang menderita gila, sedangkan di Barat sendiri malah menganggap orang gila itu sebagai bentuk murka tuhan. Di bidang medis, saat peradaban Barat hari ini berhasil mencapai beragam kemajuan teknologi di bidang medis, Islam sesunguhnya telah memulainya sejak jauh-jauh zaman. Kemudian kemajuan Ilmu dan peradaban umat Islam lah yang mewariskan beragam pencapaiannya di bidang kedokteran itu untuk dunia kedokteran modern abad ini.


Berbanggalah menjadi seorang muslim dan tugas di depan mata adalah mengembalikan konsep-konsep islam yang telah membangun peradaban islam yang begitu hebat di masa lampau.

Monday, 10 July 2017

Metamorfosa di Bulan Ramadhan



Datangnya bulan Ramadhan merupakan hal yang ditunggu-tunggu oleh umat muslim, Bulan yang jika melakukan amal kebaikan maka Alloh akan lipat gandakan pahalanya. Untuk muslim yang cerdas seharusnya paham betul kita harus memperbanyak amalan-amalan ibadahnya. Nilai spiritualitas dapat meningkat dibulan ini. Momentum Ramadhan merupakan saat yang tepat untuk terus meningkatkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan.

Dari Abu Hurairah r.a bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda “jika Bulan Ramadhan tiba, maka dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka, dan setan-setan dibelengu” pesan yang disabdakan oleh Nabi sangat jelas bahwa saat Ramadhan tiba, maka pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup. Kabar tersebut merupakan kabar gembira untuk meningkatkan semangat umat muslim dan agar tidak menyia-nyiakan momentum Ramadhan untuk beramal baik dan meningkatkan ibadah.

Dalam surat al Baqarah (185) (Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Alloh menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Alloh atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur”.

Dalam surat tersebut, alloh swt menyebutkan dua keistimewaan bulan Ramadhan. Yang pertama diturunkan Al Quran, sebuah kitab mulia bagi umat muslim dan petunjuk kehidupan dunia dan akhirat. Selain petunjuk dalam surat tersebut Alloh juga menjelaskan untuk pembeda antara haq dan bathil. Keistimewaan untuk Ramadhan kedua adalah perintah Alloh untuk berpuasa. Berpuasa pada Bulan Ramadhan memiliki kebaikan untuk jasmani dan rohani.

Ribuan tahun yang lalu, pada Bulan yang sama, umat islam telah melakukan peperangan yang fenomenal. Pada hari Jumat 2 Ramadhan tahun ke-2 H terjadi perang pertama dalam Islam yang dikenal Perang Badar. Badar adalah nama tempat di sebuah lembah yang terletak di antara Madinah dan Mekkah. Tentara Islam mengontrol lokasi strategis dengan menguasai sumber air yang ada di daerah tersebut.

Perang ini melibatkan tentara Islam sebanyak 313 anggota berhadapan dengan 1.000 tentara musyrikin Mekkah yang lengkap bersenjata. Dalam perang ini, tentara Islam memenangkan pertempuran dengan 70 tentara musyrikin terbunuh, 70 lagi ditawan. Sisanya melarikan diri.

Perang ini adalah suatu hal yang luar biasa ketika tentara Islam yang kurang jumlah, lemah dari sudut kelengkapan dan berpuasa dalam bulan Ramadhan memenangkan pertempuran Perang Badar. Ini membuktikan puasa bukan penyebab umat Islam bersikap lemah dan malas sebaliknya berusaha demi mencapai keridhaan Alloh SWT. Orang yang berjuang demi mencapai keridhaan Alloh SWT pasti mencapai kemenangan yang dijanjikan.

Sungguh Alloh telah menolong kamu dalam peperangan Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu bertakwalah kepada Alloh, supaya kamu mensyukuri-Nya” (QS Al-Imran:123)

Perang Badar mengajarkan banyak hal kepada kita dalam melakukan ibadah di Bulan Ramadhan. Suatu hal yang begitu fenomenal ketika kita sendiri berfikir dengan logika bahwa kemenangan akan jauh dari kaum muslimin. Namun kasih sayang Alloh, pertolonga Alloh tidak akan pernah mampu untuk dicerna oleh logika berfikir manusia. Perang Badar merupakan perang hidup dan mati bukan hanya permainan adu tangkap biasa. Namun para tentara Islam yakin dan tidak takut akan kematian walaupun jumlah dan kondisi kaum muslim di Bulan Ramadhan.

Sebagai seorang muslim yang masih berpegang teguh pada keimanan seharusnya malu jika masih menggunakan alasan puasa utuk mengurungkan amal kebaikan, umat islam tidak seharusnya bermalas malasan untuk melangkahkan kaki ke majelis ilmu dan masjid-masjid.

Melangkan menuju perubahan menuju lebih baik di Bulan ini merupakan keharusan. Jadilah muslim yang lebih baik di Bulan Ramadhan dan terus istiqomah di bulan-bulan selanjutnya. Belajarlah puasa seperti ulat. Ulat termasuk hewan paling rakus. Karena hampir sepanjang waktunya dihabiskan untuk makan. Tetapi setelah bosan makan, ia lakukan perubahan dengan cara berpuasa. Puasa yang benar-benar dipersiapkan untuk mengubah kualitas hidupnya. Karenanya, ia asingkan diri, badanya dibungkus rapat dan tertutup dalam kokon atau kepompong sehingga tidak mungkin lagi melampiaskan napsu makanya. Setelah berminggu-minggu puasa, maka keluarlah dari kokon seekor makhluk baru yang sangat indah bernama kupu-kupu.

Hikmah dalam peristiwa tersebut adalah, bentuk ulat sesudah puasa berubah indah mempesona. Nama ulat sesudah berpuasa berubah menjadi kupu-kupu. Makanan ulat sesudah puasa berubah menjadi madu. Cara bergerak ketika masih jadi ulat menjalar, sesudah puasa terbang di awang-awang. Tabiat dan sifat berubah total, ketika masih jadi ulat menjadi perusak dan pemakan daun. Begitu menjadi kupu-kupu menghidupkan dan membantu kelangsungan kehidupan tumbuhan dengan cara membantu penyerbukan bunga. Banyak sekali hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa metamorfosa seekor ulat. Alloh tidaklah menciptakan segala sesuatu denga sia-sia terdapat tanda-tanda kekuasaanya yang tersebar dalam kehidupa alam ini. Pilihan berada ditangan muslim apakah ia akan terus mejadi ulat atau akan bermetamorfosa menjadi kupu-kupu yang indah dan mempesona.

Marilah kita jadikan ibadah puasa kita sebagai wasilah untuk menghijrahkan diri kita agar semakin taqwa dan mampu khairunnas anfahum linnasi (sebaikbaiknya manusia adalah yang dapat memberikan manfaat bagi manusia lain). Karena sesungguhnya manusia tidak pernah tau kapan ajal menjeput. Apakah kita masih diberikan kesempatan oleh Alloh untuk menjalankan ibadah puasa sampai hari kemenangan ? apakah Alloh masih mengijinkan kita untuk bertemu Ramadhan kembali di tahun depan ? jangan tunda untuk sebuah perubahan menuju kebaikan dan terus istiqomah sampai ajal menjemput waalahualam bishowab.