Bulan
Shofar[ ,
merupakan bulan kedua setelah Muharrom.
Shofar artinya kosong. Dinamakan Shofar karena dalam bulan ini orang-orang Arab
dulu sering meninggalkan rumah untuk menyerang musuh. Salah satu peperangan
yang dilakukan oleh umat muslim pada bulan Shofar adalah penaklukan Persia.
Penaklukan
Persia terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab pada tanggal 14 Shofar 16
H. kerajaan Persia merupakan salah satu kerajaan terbesar dan terkuat pada masa
itu. kaum muslimin dibawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqash memperoleh kemenangan
atas Persia. penyerbuan ini diawali dengan penyerbuan kota demi kota, faktanya
jumlah mujahid Islam jauh lebih sedikit dibanding dengan pasukan Persia. Harapan
yang lahir dari kerjenihan dan manisnya iman menjadikan mereka “Singa Padang Pasir”
tanpa kenal takut demi membela agama Alloh. Syahid dalam jihad fii sabilillah
merupakan cita-cita mereka.
Pertanyaan
yang muncul saat membaca sejarah pejuang Islam adalah, mengapa syahid merupakan
cita-cita mereka? seseorang yang sudah merasakan manisnya keimanan akan
meremehkan segala kesulitan dunia dan mendahulukan apa yang Alloh cintai.
Seperti kisah salah satu sahabat Rosul Umar bin Khatab. Pada masa jahiliyah
beliau merupakan seorang yang kasar dan sangat menentang Islam. namun ketika
beliau diperkenalkan oleh Al Quran dan Rabb nya maka keimanan tumbuh dalam
hatinya, ketenangan hadir saat terus mempelajari Al Quran dan menjadikan beliau
sebagai sahabat yang senatiasa mendukung Rosulullah. Sejarah mengungkapkan
proses masuknya Umar bin Khatab adalah saat beliau tidak sengaja mendengar
bacaan Al Quran. Ketenangan hati merupakan buah dari manisnya iman. Manisnya
iman hadir saat kita yakin sepenuhnya bahwa Al Quran sebagai perkataan Alloh. Surat
(Al Fath (48) : 4) “Dialah yang
menurunkan ketenangan hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas
keimanan mereka (yang telah ada).......”
Al
Quran merupakan petunjuk utama untuk mencapai keteguhan Iman. Al Quran
merupakan penghubung yang kokoh antara hamba dan Robbnya. Dalam surat (Al
Furqan (25) : 32) “orang-orang kafir
berkata: mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus? Demikianlah
agar kami memperteguh hatimu denganya dan kami membacakanya secara tartil”
Al Quran turun secara berangsur-angsur hal itu dikarenakan Alloh ingin
meneguhkan hati para hambanya. Memahami Al Quran secara benar akan memberikan
kita keyakinan yang tinggi terhadap Rabb dan Rosulnya. Dengan keimanan yang
tinggi tersebut para pejuang Islam mejadikan syahid sebgai cita-citanya dalam
fii sabilillah.
Jihad
fii sabilillah merupakan jihad yang bertujuan untuk menegakkan kalimat tauhid
dan mengerahkan segala yang dimiliki untuk berperang dijalan Alloh. Berbeda
dengan jihad fii sabilitthogut yang tujuannya hanya kepada kekuasaan, kedudukan
dan hal-hal duniawi. Hal ini terdapat pada firman Alloh surat (An Nisa (4) : 76
)
” Orang-orang yang beriman berperang
di jalan Alloh, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thoghut, sebab
itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan
itu adalah lemah”
Namun
seiring dengan bergantinya zaman dan bergulirnya waktu, jihad yang dihadapi
umat muslim sekarang adalah jihad melawan hawa nafsu, jihad yang lebih besar
dari jihad melawan musuh.
Saat
usai dari suatu peperangan yang dahsyat melawan kaum musyrikin, Rosululloh saw
bersabda “kita baru kembali dari suatu peperangan yang kecil dan akan
menghadapi peperangan yang lebih besar” sahabat terkejut dan bertanya
“peperangan apa itu wahai Rosululloh?” baginda berkata “peperangan melawan hawa
nafsu”(Riwayat Al Baihaqi)
Nafsu
merupakan suatu hal yang tidak dapat disentuh, tidak dapat dilihat nafsu juga
tidak terbatas jumlahnya, bisa hadir kapan saja dan tidak pernah berhenti
sampai ajal menjemput. Berbeda dengan saat berperang, dimana musuh dapat
dilihat, disentuh, dan terbatas jumlahnya. Nafsu jugalah yang melandasi
terjadinya jihad fii sabilitthogut. Oleh karena itu nafsu juga merupakan
perbuatan yang jahat, kecuali nafsu yang dirahmati oleh Alloh. Seperti pada
firman Alloh surat (Yusuf (12) : 53)
“Dan aku tidak
membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu
menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Robbku. Sesungguhnya Robbku Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Namun pada kenyataanya umat muslim yang
telah diperingatkan oleh Alloh dan Rosulnya mengenai bahaya mengikuti hawa nafsu
telah banyak tergelincir dalam jurang kemaksiatan. Secara sadar atau tidak kita
memilih nafsu daripada mengendalikan nafsu tersebut, contoh ketika saat adzan
berkumandang banyak dari kita yang lebih menunda waktu sholat dan lebih
memikirkan pekerjaan dunia. Alloh SWT berfirman dalam (Maryam (18) : 59) “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti
yang menyia-nyiakan Sholat dan mengikuti hawa nafsunya, maka mereka kelak akan tersesat.”
Ibnu Abbas r.a menafsirkan ayat ini mengatakan, “Makna menyia-nyiakan bukanlah
berarti meninggalkan sholat sama sekali, namun mengerjakan pada akhir waktu
yang seharusnya”. Salah satu cara setan untuk menjauhkan muslim dari Robbnya
yaitu dengan penundaan. Shilan bin Farwah mengatakan, “Aku menemukan
bahwa sikap menunda-nunda (dalam kebaikan) adalah salah satu prajurit iblis
yang telah banyak membinasakan makhluk Alloh”.
Conton lain adalah menunda sedekah karena terlalu sayang dengan harta. Padahal harta yang diberikan kepada kita adalah harta titipan Alloh bukan sepenuhnya milik kita dan sedekah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mendapatkan rejeki. Menunda menutup aurat karena berbagai alasan masih banyak ditemui wanita-wanita yang belum menutup aurat. Menutup aurat bukanlah sebuah pilihan yang ditawarkan oleh Alloh namun sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan wanita ketika sudah baligh tanpa perlu menunda. Alloh pun akan memberikan hukuman yang keras kepada wanita yang tidak mau menutup aurat. Dan menunda nunda melakukan kebaikan yang lain yang seolah-olah kita berfikir bahwa kita diberikan oleh Alloh jaminan untuk dapat menghirup udara di detik berikutnya atau di hari berkutnya. Pada kenyataanya tidak ada satupun yang dapat menjamin berapa lama kita dapat hidup di dunia ini.
Conton lain adalah menunda sedekah karena terlalu sayang dengan harta. Padahal harta yang diberikan kepada kita adalah harta titipan Alloh bukan sepenuhnya milik kita dan sedekah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mendapatkan rejeki. Menunda menutup aurat karena berbagai alasan masih banyak ditemui wanita-wanita yang belum menutup aurat. Menutup aurat bukanlah sebuah pilihan yang ditawarkan oleh Alloh namun sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan wanita ketika sudah baligh tanpa perlu menunda. Alloh pun akan memberikan hukuman yang keras kepada wanita yang tidak mau menutup aurat. Dan menunda nunda melakukan kebaikan yang lain yang seolah-olah kita berfikir bahwa kita diberikan oleh Alloh jaminan untuk dapat menghirup udara di detik berikutnya atau di hari berkutnya. Pada kenyataanya tidak ada satupun yang dapat menjamin berapa lama kita dapat hidup di dunia ini.
Oleh
karena itu salah satu cara agar kita tidak diperbudak oleh nafsu kita,
hendaknya dengan memperbaiki keimanan. Dan tidak melakukan penundaan dalam
memperbaiki keimanan tersebut. Kalimat
keimanan merupakan kalimat tauhid, segala ucapan yang menyeru kepada kebajikan
dan mencegah perbuatan yang munkar. Kalimat tauhid adalah kalimat “laa ilaa ha
illalloh” iman yang benar dan bersih akan menghasilkan amal yang baik dan
bersih pula, sedangkan iman yang sesat akan menumbuhkan amal yang rusak. Tanpa
iman amal akan tertolak, tanpa iman keislaman tidak dipandang sah. Seperti pada
firman Alloh dalam surat (An Nisa (4) : 124-125)
“Barangsiapa
yang mengerjakan amal-amal sholeh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang
yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak
dianiaya walau sedikitpun. Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada
orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Alloh, sedang diapun mengerjakan
kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrohim yang lurus? Dan Alloh mengambil Ibrohim
menjadi kesayanganNya.”
Maka dengan iman seorang muslim akan lebih
berkualitas di hadapan Alloh. Tuntutan iman antara lain mencintai Alloh dan Rosulnya,
mendengar dan taat atas segala perintahnya, mengerjkan amal sholeh dsb.
Maka
jika umat muslim sudah merasakan manisnya iman dan keteguhan diharapkan mereka
dapat membebaskan jiwa dari penghambaan selain Alloh. (Al-Imron (3) : 64)
”Katakanlah wahai
ahlul-kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimah yang sama di antara kami
dan di antara kamu yaitu bahwa janganlah kita menyembah melainkan kepada Alloh,
dan jangan kita menyekutukan sesuatu dengan Dia, dan jangan menjadikan
sebahagian dari kita akan sebahagian menjadi illah-illah selain dari Alloh.
Maka jika mereka berpaling, hendaklah kamu katakan: Saksikanlah olehmu,
bahwasanya kami ini adalah orang-orang yang Islam.”
Dan
Insyaa Alloh dengan kualitas keimanan yang kokoh Alloh akan membalas dengan
memberikan manfaat keimanan dalam kehidupan dunia yaitu diberikan kehidupan
yang lebih baik. (An Nahl (16) : 97)
“Barang siapa
mengerjakan amal soleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri
balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”
Dan
juga mendapat perlindungan dari Alloh (Al Baqoroh (2) : (257)
”Alloh pelindung
orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran)
kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah
setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran).
Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.”
Selayaknya
umat Islam menaruh perhatian yang besar terhadap Al Quran. Sebagaiman
dicontohkan oleh nabi Muhammad saw di masa para sahabat. Beliau tidak
memperkenankan sahabat menulis apa-apa kecuali AlQuran, supaya perhatian mereka
tercurah pada Al Quran. Sehingga cahaya, api semangat dan pedoman dari Al Quran
benar-benar mereka dapatkan. Akankah kita umat Islam generasi ini mengikuti
langkah mereka atau malah tertipu dengan tipu daya setan ? Wallahu A’lamu bish Shawab.
1 comments:
Great your writing ... hemmmm kalo menahan nafsu untuk mengikhlaskan orang yang dicintai karena belom halal pasti sedih banget. Tapi lebih sedih kalo allah ninggalin kita.
Post a Comment