Pages

Monday, 30 March 2015

The Albanian Stroy

   Berawal dari tugas kuliah yang diberikan oleh seorang dosen mengenai Negara Serbia, negara yang pernah membantai saudara muslim di Bosnia Herzegovina pada tahun 1995 yang mengakibatkan ribuan nyawa melayang, namun pembantaian tersebut tidak hanya terjadi  Bosnia Herzegovina namun pada tahun 1998 Serbia juga melakukan pembantaian etnis muslim  Albania di Negara Kosovo. Rasa penasaran pun timbul mengenai perang  tersebut, karena hanya sebagian oprang yang mengetahui, hingga akhirnya Allah menemukan seorang etnis Albania yang bersedia menceritakan mengenai penindasan tersebut. Berikut merupakan kisah yang langsung bersumber dari salah satu korban perang Kosovo yang original teks nya berbahasa Inggris.


   “Ini bukanlah salah satu dari cerita Anna Frank’s Diary, dimana seorang gadis kecil yang bersembunyi dengan keluarganya dan menulis lembaran dalam buku catatanya, mengambarkan apa yang sedang terjadi dan bagamana ia meghabiskan saat-saat terakhirnya.


Selama perang pada waktu itu aku meninggalkan semuanya, dan untuk yang terakhir kalinya aku menoleh kebelakang untuk melihat rumah lamaku yang hangat sebagai tempat tinggal untuk mengamankan jiwa kami dari penindasan tentara Serbia.


        Usia ku baru menginjak tujuh tahun saat itu, dan ingatanku masih begitu segar seperti hal itu belum berlalu sama sekali, seperti baru terjadi kemarin. Kosovo merupakan Negara yang terkunci di tengah Balkan Peninsula. Ibu kota dan kota terbesarnya berada di Prishtina. Di batasi oleh Republik Makedonia dan Albania di selatan, Montenegro di bagian Barat, dan wilayah yang di klaim oleh Serbia dari utara sampai timur. Negara Kosovo diduduki oleh etnis Alabia 97% dan minoritas lainya seperti etnis Serbia, etnis Bosnia, etnis Turki dan komunitas Roma.


        Namaku Rina, Alhamdulillah aku adalah salah satu anak yang beruntung yang dapat bertahan hidup dari perang Kosovo pada tahun 1998-1999. Tidak banyak orang yang mendengar mengenai perang ini di Eropa Tenggara di jantung Balkan. Di Negara kecil ini mayoritas adalah muslim Albania, dan orang hanya berfikir bahwa yang terjadi dan yang berlalu hanyalah sebuah konflik. Jika yang disebut hanya “konflik” orang-orang tidak akan dibunuh, dihajar, disiksa dan di mutilasi menjadi bagian bagian dan cara yang paling menyedihkan yang hanya manusia lakuakan pada manusia. Tidak ada yang peduli, dan waktu itu Negara-negara Eropa menutup “mata dan telinga” mereka dan entah bagaimana memberikan Serbia ”lampu hijau” untuk memulai pembersihan etnis di Kosovo.


        27 Maret 1999 sehari sebelum hari raya Idul Adha atau kita sebut di Albania “Bajram” (Bayram), hari ketika kami meninggalkan rumah-rumah kami karena polisi militer Serbia datang untuk membawa keluar kami dengan mengunakan kekerasan dan terror. Selalu sebelum hari raya kami mempunyai tradisi membeli baju baru dan membuat makanan. Aku masih ingat di hari sebelum kami meninggalkan rumah,ketika aku berkata kepada ibuku “bu, biarkan aku pergi paling tidak mengambil baju yang sudah ayah belikan untuk hari raya karena kita tidak akan kembali !” dan dia (ibuku) menjawab “jangan khawatir, kita akan kembali” kami pun kembali ke rumah tidak secepat seperti yang telah dijanjikan ibuku padaku. Aku tidaklah sama dengan anak seusiaku karena aku tau apa yang terjadi dan aku percaya hidup kami ada di tangan Allah dalam hari hari yang mengerikan yang telah kami lalui.

      Selama berjam-jam kami meninggalkan kota kami yang indah, kami berjalan berkilo-kilo meter, dari desa ke desa, ketakutan kalau setiap nafas yang kami hirup saat menempuh perjalanan dengan para pengungsi Albania yang begitu panjang mungkin adalah nafas untuk yang terakhir kalinya. Setelah beberapa hari kita sampai di Montenegro sangat jauh sekali dari desa kami. Tinggal dalam tenda pengungsi. Aku tidak dapat percaya dan menerima kalau kami meninggalkan desa kami pada tangan penindas. Aku selalu menjadi anak yang ingin tahu, dan saat jauh dari desaku, ketika ayahku and keluargaku mendengarkan berita di radio mengenai perang, aku berlari untuk mendapatkan informasi apa yang terjadi dan kapan kami dapat kembali kerumah.


        Setelah berbulan-bulan hidup sebagai pengungsi, akhiranya allah yang maha kuasa, memberkahi kami untuk mengharapkan kebebasan dan kami kembali ke Kosovo! Ayahku sebelum pergi mengatakan “perang akan usai dan kita akan menjalani hidup yang lebih baik yang akan kamu lihat” ketika kami kembali, termasuk rumah lama kami yang biasa kami tinggali, kami dapati reruntuhan, kerusakan dan benda-benda bekas kebakaran yang tersisa dari tempat tinggal kami. Sebagai seorang gadis yang baru berumur tujuh tahun  aku hampir tidak bisa menelan duka cita dan kekecewaan. kami tidak mempunyai rumah untuk ditempati, perang menghabisi  tempat yang paling kami cintai.


        Keluargaku harus memulai segalanya dari “nol” dan membangun kembali apa yang pernah kita punya. Polisi militer Serbia saat perang Kosovo 1998-1999 banyak melakukan hal yang tidak pernah dilihat dan hal yang tidak pernah didengar yang dilakukan pada orang Albania yang malang. Bayi yang baru lahir, anak-anak, perempuan dan orang-orang tua dibunuh dan menyembelih tanpa ada rasa kemanusiaan. Pernah ada suatu kasus mereka membuka perut seorang ibu and mengambil bayi yang ada di dalam dan membunuh mereka berdua. Mereka bahkan membunuh anak anak kecil didepan mata ibunya, menghajar anak anak perempuan di depan mata ayah dan saudara laki-lakinya. Dan banyak kejahatan yang tidak dapat dibayangkan.


Apakah aku merasa benci pada mereka ? apakah aku akan membalas mereka, jika aku mempunyai satu kesempatan ?


Rasulullah SAW ”Forgive him who wrongs you; join him who cuts you off; do good to him who does evil to you, and speak the truth although it be against yourself.”


Aku tidak merasa benci terhdap mereka, sebagai muslim benci merupakan perasaan negative yang tidak boleh kita miliki, karena islam agama kita merupakan agama kedamaian dan penuh kasih !
Semoga Allah menghakimi dan membalas semua orang yang melakukan kejahatan dan teror yang mengerikan.
Dia  yang maha mengetahui !”

kota kita yang hancur, mereka mencoba membakarnya namun tidak terbakar, Allahu Akbar !
warga Alabia meninggalkan kediaman mereka dengan paksaan Serbia
polisi militer Serbia menendang korban warga Albania setelah mereka membunuhnya
polisi militer Serbia mengambil gambar setelah membunuh warga Albania yang tak berdosa
Polisis Militer Serbia


       
-         MERAKA MEMBAKAR RUMAHKU,MEMBAKAR SEKOLAHKU, MEMBAKAR MASJID MASJIDKU, MEMBAKAR KOTAKU, MEMBAKAR NEGARAKU
-         MEREKA MEMBUNUH, MENGEBOM, MENGHAJAR ORANG-ORANG ALBANIA YANG TIDAK BERSALAH.
-         KEJAHATAN MEREKA TIDAK DAPAT DIHITUNG, DAN TETAP SETELAH 16 TAHUN TIDAK ADA YANG MEMVONIS, MENGHUKUM, MENGADILI GENOCIDE YANG TELAH MEREKA LAKUKAN DENGAN ENTIS MUSLIM ALBANIA DI KOSOVO !
-          
Ethnic Cleansing sendiri dipahami sebagai sebuah tindak kejahatan kemanusiaan dimana terjadi tindakan untuk menghilangkan etnis tertentu. Dengan menggunkan tak tik meneror seperti penculikan, pemerkosaan dan pembunuhan para pemjahat ini memaksa etnis tersebut untuk meninggalkan tempat tinggal mereka atau pembunuhan massal,sehingga daerah tersebut bersih dari etnis yang mengalami Ethnic Cleansing.



        Menurut laporan penuntut umum ICTY, Carla Del Ponte pada PBB, sekitar 10.000 jiwa kaum Albania menjadi korban, selain itu lebih dari 1,5 Juta Albania di paksa untuk meninggalkan tempat tinggal mereka.

No comments:

Post a Comment