Pages

Thursday, 19 June 2014

Feminisme Dalam Kaca Mata Islam




 Dalam kesempatan kali ini penulis akan mengkritisi sebuah pemikiran, jika dilihat dalam kaca mata agama Islam, pemikiran ini begitu popular khususnya dikalangan wanita, pemikiran tersebut adalah Feminisme. Sebelum kita membahas pemikiran Feminsme dalam Islam hendaknya kita mengetahui apa yang di maksud oleh pemikiran ini.

Feminisme (tokohnya disebut Feminis) adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. Feminisme berasal dari bahasa Latin, femina atau perempuan. Istilah ini mulai digunakan pada tahun 1890-an, mengacu pada teori kesetaraan laki-laki dan perempuan serta pergerakan untuk memperoleh hak-hak perempuan. Sekarang ini kepustakaan internasional mendefinisikannya sebagai pembedaan terhadap hak hak perempuan yang didasarkan pada kesetaraan perempuan dan laki laki.[1]



Terdapat beberapa aliran Feminisme diantaranya, Feminisme Liberal ialah terdapat pandangan untuk menempatkan perempuan yang memiliki kebebasan secara penuh dan individual. Aliran ini menyatakan bahwa kebebasan dan kesamaan berakar pada rasionalitas dan pemisahan antara dunia privat dan publik, lalu Feminisme Radikal melawan kekerasan seksual dan industri pornografi. Pemahaman penindasan laki-laki terhadap perempuan adalah satu fakta dalam sistem masyarakat yang sekarang ada. Dan gerakan ini adalah sesuai namanya yang "radikal", Feminisme Post Modern Mereka berpendapat bahwa gender tidak bermakna identitas atau struktur sosial, Feminism Anarkisme lebih bersifat sebagai suatu paham politik yang mencita-citakan masyarakat sosialis dan menganggap negara dan sistem patriaki-dominasi lelaki adalah sumber permasalahan yang sesegera mungkin harus dihancurkan, Feminisme Marxis aliran ini memandang masalah perempuan dalam kerangka kritik Kapitalisme dan masih terdapat beberapa aliran Feminism yang lain yang intinya adalah memperjuangkan persamaan antara wanita dan kaum pria.[2]



Gelombang Feminisme di Amerika Serikat mulai lebih keras bergaung pada era perubahan dengan terbitnya buku The Feminine Mystique yang ditulis oleh Betty Friedan pada tahun 1963. “The Feminine Mystique“. Buku yang menjadi rujukan kaum Feminis ini menggambarkan peranan wanita dalam masyarakat Industri. Di situ, Friedan mengkritik habis peran ibu rumah tangga penuh waktu yang baginya sangat mengekang dan jauh dari penghargaan terhadap hak wanita. The Feminine Mystique berubah menjadi “kitab suci” bagi kaum wanita dan ia digadang-gadang sebagai pencetus Feminisme gelombang kedua setelah ombaknya pernah menyapu dunia abad 18.



Begitu besar pengaruh Feminisme ini terhadap wanita wanita di seluruh dunia bahkan kaum muslimin sekalipun, masalah wanita yang tejadi di Barat bukan diselesaikan melalui aturan agama melainkan melalui aturan yang dibuat oleh manusia sendiri yang notabene mengedepakan napsu atau kepentingan suatu golangan atau kelompok tertentu.

      Islam dengan seperangkat aturannya yang sempurna telah berhasil mengangkat derajat perempuan. Islam menfungsikan wanita sebagai pendidik yang luar biasa yang bisa menghasilkan generasi penerus yang unggul. Cerita Sumayyah binti Khubbath, mujahidah pertama dalam Islam, menjadi buktinya. Ada juga ‘Aisyah yang menghafal begitu banyak hadits dan menjadi perawi hadits yang terkenal. Dan Nusaibah binti Ka’ab, perempuan yang dengan berani ikut melindungi Rasululloh SAW dalam perang Uhud dan berhasil mengantarkan anak-anaknya menjadi para syuhada dan masih banyak cerita wanita islam lainya yang menginspirasi dan bukan digambarkan dengan wanita yang tertindas, islam sekalipun tidak mengajarkan penindasan wanita, syariah islam yang ada pun menempatkan wanita sesuai kedudukanya dan mengerti betul bagaimana faktor biologis yang memandang memang pria dan wanita tidak dapat disamakan.

 Seperti dalam surat an nisa ayat 34

“laki-laki itu adalah pemimpin atas perempuan dengan sebab apa ayng telah Allah lebihkan sebagian kalian atas sebagian yang lain dan denag sebab apa-apa yang mereka infaqkan dari harta-harta mereka. Maka wanita-wanita yang shalihah adalah  yang qanitah (ahli ibadah), yang menjaga (kehormatannya) taatkala suami tidka ada dengan sebab Alalh telah menjaganya. Adapun wanita-wanita yang kalian kawatirkan akan ketidaktaatannya maka nasihatilah mereka, dan tinggalkanlah di tempat-tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Akan tetapi jika mereka sudah mentaati kalian maka janganlah kalian mencari-cari jalan (untuk menyakiti) mereka, sesungguhnya Allah itu Mahatinggi Mahabesar”.

pandangan yang salah terhadap ayat ini membuat sebagian orang jahil lalu mengolok olok Islam dan menyebut Islam menentang hak-hak Perempuan, padahal yang mereka saksikan adalah penerapan yang buruk yang bersumber dari ketidak mengertian mereka, Ironis ketika seseorang yang tidak pernah belajar Islam lalu berbicara mengenai Islam. Padahal jika dilihat ayat tersebut mengungkapkan bahwa pria mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap keluarga dan termasuk istrinya, jika istri tersebut tidak mentaati perintah Alloh maka suami berhak memberikan teguran secara syari, anjuran ini pun untuk kebaikan wanita tersebut, islam mengajarkan apa yang umat butuhkan bukan apa yang umat inginkan.




Namun seiring berjalanya waktu dan tibalah kita dimana dalam hadits Rasululloh yang sebut akhir zaman, perlahan, identitas muslimah mulai terkikis. Tidak sedikit muslimah yang malu terhadap kemuslimahannya. Tergantikan oleh paham Barat yang dianggap “modern” sedangkan Faham Islam sudah kuno dan kaku. Terbius oleh godaan Feminisme yang menjanjikan kesetaraan gender dan kebebasan hak perempuan tak terbatas, dimana wanita mempunyai hak untuk berekspresi dan tidak mau diatur dengan hukum yang ditentukan. Dimulai dari gaya hidup, tata cara berpakaian, cara mereka berfikir pun sudah di racuni oleh faham kufur tersebut.




Salah satu kekuatan barat untuk menyebarkan pemikiran mereka adalah melalui Media, media begitu berpengaruh dalam dunia Internasional Peran media Barat berhasil menciptakan profil muslimah yang seolah tertindas dan terkungkung oleh jilbab dan tembok rumahnya. Aturan mengenai poligami, menutup aurat, warisan, dll, sering dijadikan alasan yang menguatkan bahwa perempuan Muslim memiliki nasib yang demikian mengenaskan. Mereka hanya melihat muslim dari kaca mata yang begitu buram, menyimpulkan sesuatu tanpa mempelajari lebih dalam apa itu aturan Islam dan untuk apa aturan itu diterapkan.

Alloh SWT berfirman dalam surat An-Nisa, 4: 124 bahwa laki-laki dan perempuan akan diberikan balasan untuk amal-amal salehnya.

”Barang siapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita, sedangkan ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikit pun.” (QS. Annisa [4]: 124).

Surah Al Ahzab: 35

Sungguh, laki-laki dan perempuan muslim, laki-laki dan perempuan mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah,  Allah telah menyediakan untuk mereka  ampunan dan pahala yang besar.”

Dari ayat di atas jelaslah bahwa manusia tidak dibedakan atas jenis kelaminnya. Laki-laki atau perempuan akan Alloh beri balasan selama dia mengerjakan amal-amal saleh. Para Feminis bertujuan melepaskan diri dari kungkungan struktur sosial yang mereka fikir berpusat hanya pada laki-laki, dimana laki-laki mendominasi kehidupan dan keputusan. Yang terjadi malah perempuan terjebak dalam kungkungan baru yang diberinama “Kapitalis”. Yang disebut perempuan adalah yang memiliki wajah cantik dan tubuh yang seksi. Sehingga perempuan berbondong-bondong membeli produk kecantikan instant dari Barat. Yang disebut perempuan sukses adalah perempuan yang bisa mandiri tidak tergantung dengan laki-laki, memiliki penghasilan sendiri dan tidak berkeluarga. Sehingga perempuan berbondong-bondong meninggalkan fitrahnya dalam keluarga, hingga hancurlah generasi penerus Islam.



Kita sudah membicarakan seorang wanita yang begitu berpengaruh terhadap Gelombang Feminisme di Amerika Serikat, gelombang tersebut mulai lebih keras bergaung pada era perubahan dengan terbitnya buku The Feminine Mystique yang ditulis oleh Betty Friedan pada tahun 1963. Buku ini ternyata berdampak luas. Lalu siapa aktivis wanita tersebut ? siapa sebenarnya Betty Friedan yang mampu membuat perubahan dan begitu berpengaruh terhadap pemikiran Feminisme ini ?

Betty Friedan sendiri terlahir dengan nama Betty Naomi Goldstein pada tanggal 4 Februari tahun 1921. Pada giliranya Friedan berkembang menjadi seorang aktivis Feminis Yahudi Amerika kenamaan pada durasi 1960-an. Freidan merupakan aktivis wanita yang beragama Yahudi tidaklah mengherankan bahwa yang mengkobarkan paham Feminisme adalah soerang Yahudi. Pastilah umat Islam yang paham akan mengetahui bahwa Yahudi adalah musuh terbesar umat Muslim, meraka akan melakukan segala cara untuk melumpuhkan umat islam, membuat identitas muslim terkikis dan mengantikan dengan identitas mereka.



Jika dilihat lebih teliti bahwa wanita merupakan pemegang kepentingan yang begitu kuat dalam mengurus masalah rumah tangga, wanita merupakan sosok yang sangat berperan dalam mendidik, mengurus, merawat anak anaknya yaitu generasi penerus Islam, Barat begitu mengerti benar bagaimana cara memperdaya umat Islam melalui berbagai sendi-sendi yang vital, wanita yang telah teracuni oleh pemikiran Barat akan memiliki dampak yang besar bagi anak anaknya maka anak yang diasuhnya memiliki pemikiran yang tidak jauh dari ibu nya yang merupakan guru utama mereka, mereka mendidik anaknya pada jalan yang salah dan tidak sesuai dengan aturan Islam, yang akan memandang Islam adalah sesuatu yang menurut mereka kuno dan berkiblat kepada Barat yang modern, apakah generasi Islam yang demikian yang kita inginkan ? begitulah salah satu strategi barat untuk melemahkan kekuatan islam melalui generasi islam. Padahal generasi islam memiliki peranan penting dalam memegang tongkat estafet dari generasi sebelumya, jika generasi baru terseut sudah ditanamkan oleh racun yang begitu bahaya semenjak dari kecil maka akan memiliki dampak yang begitu dahsyat dalam perdaban umat islam.



 Jika demikian adanya, kita berhak bertanya. Apakah gerakan penerus utaman gender benar-benar untuk membela kepentingan wanita sesuai aspirasi dan kodratnya? Ataukah hanya sekedar untuk memenuhi tuntutan tren kultural dan ideologis dunia yang kini dibawah hegemoni Barat? Pendek kata apakah wanita benar-benar memerlukan kesetaraan? Bagi Muslim apa yang salah pada gerakan ini? Salahnya ketika merubah konstruk sosial, agama tidak diperdulikan. Wallahu’alam bi shawab.

No comments:

Post a Comment