Pages

Saturday, 31 October 2015

Manisnya Iman



Bulan Shofar[ , merupakan bulan kedua setelah Muharrom. Shofar artinya kosong. Dinamakan Shofar karena dalam bulan ini orang-orang Arab dulu sering meninggalkan rumah untuk menyerang musuh. Salah satu peperangan yang dilakukan oleh umat muslim pada bulan Shofar adalah penaklukan Persia.


Penaklukan Persia terjadi pada masa kekhalifahan Umar bin Khatab pada tanggal 14 Shofar 16 H. kerajaan Persia merupakan salah satu kerajaan terbesar dan terkuat pada masa itu. kaum muslimin dibawah pimpinan Sa’ad bin Abi Waqash memperoleh kemenangan atas Persia. penyerbuan ini diawali dengan penyerbuan kota demi kota, faktanya jumlah mujahid Islam jauh lebih sedikit dibanding dengan pasukan Persia. Harapan yang lahir dari kerjenihan dan manisnya iman menjadikan mereka “Singa Padang Pasir” tanpa kenal takut demi membela agama Alloh. Syahid dalam jihad fii sabilillah merupakan cita-cita mereka.




Pertanyaan yang muncul saat membaca sejarah pejuang Islam adalah, mengapa syahid merupakan cita-cita mereka? seseorang yang sudah merasakan manisnya keimanan akan meremehkan segala kesulitan dunia dan mendahulukan apa yang Alloh cintai. Seperti kisah salah satu sahabat Rosul Umar bin Khatab. Pada masa jahiliyah beliau merupakan seorang yang kasar dan sangat menentang Islam. namun ketika beliau diperkenalkan oleh Al Quran dan Rabb nya maka keimanan tumbuh dalam hatinya, ketenangan hadir saat terus mempelajari Al Quran dan menjadikan beliau sebagai sahabat yang senatiasa mendukung Rosulullah. Sejarah mengungkapkan proses masuknya Umar bin Khatab adalah saat beliau tidak sengaja mendengar bacaan Al Quran. Ketenangan hati merupakan buah dari manisnya iman. Manisnya iman hadir saat kita yakin sepenuhnya bahwa Al Quran sebagai perkataan Alloh. Surat (Al Fath (48) : 4) “Dialah yang menurunkan ketenangan hati orang-orang mukmin untuk menambah keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada).......”

Al Quran merupakan petunjuk utama untuk mencapai keteguhan Iman. Al Quran merupakan penghubung yang kokoh antara hamba dan Robbnya. Dalam surat (Al Furqan (25) : 32) “orang-orang kafir berkata: mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus? Demikianlah agar kami memperteguh hatimu denganya dan kami membacakanya secara tartil” Al Quran turun secara berangsur-angsur hal itu dikarenakan Alloh ingin meneguhkan hati para hambanya. Memahami Al Quran secara benar akan memberikan kita keyakinan yang tinggi terhadap Rabb dan Rosulnya. Dengan keimanan yang tinggi tersebut para pejuang Islam mejadikan syahid sebgai cita-citanya dalam fii sabilillah. 

Jihad fii sabilillah merupakan jihad yang bertujuan untuk menegakkan kalimat tauhid dan mengerahkan segala yang dimiliki untuk berperang dijalan Alloh. Berbeda dengan jihad fii sabilitthogut yang tujuannya hanya kepada kekuasaan, kedudukan dan hal-hal duniawi. Hal ini terdapat pada firman Alloh surat (An Nisa (4) : 76 )

Orang-orang yang beriman berperang di jalan Alloh, dan orang-orang yang kafir berperang di jalan thoghut, sebab itu perangilah kawan-kawan syaitan itu, karena sesungguhnya tipu daya syaitan itu adalah lemah”

Namun seiring dengan bergantinya zaman dan bergulirnya waktu, jihad yang dihadapi umat muslim sekarang adalah jihad melawan hawa nafsu, jihad yang lebih besar dari jihad melawan musuh.
Saat usai dari suatu peperangan yang dahsyat melawan kaum musyrikin, Rosululloh saw bersabda “kita baru kembali dari suatu peperangan yang kecil dan akan menghadapi peperangan yang lebih besar” sahabat terkejut dan bertanya “peperangan apa itu wahai Rosululloh?” baginda berkata “peperangan melawan hawa nafsu”(Riwayat Al Baihaqi)


Nafsu merupakan suatu hal yang tidak dapat disentuh, tidak dapat dilihat nafsu juga tidak terbatas jumlahnya, bisa hadir kapan saja dan tidak pernah berhenti sampai ajal menjemput. Berbeda dengan saat berperang, dimana musuh dapat dilihat, disentuh, dan terbatas jumlahnya. Nafsu jugalah yang melandasi terjadinya jihad fii sabilitthogut. Oleh karena itu nafsu juga merupakan perbuatan yang jahat, kecuali nafsu yang dirahmati oleh Alloh. Seperti pada firman Alloh surat (Yusuf (12) : 53)

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Robbku. Sesungguhnya Robbku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Namun pada kenyataanya umat muslim yang telah diperingatkan oleh Alloh dan Rosulnya mengenai bahaya mengikuti hawa nafsu telah banyak tergelincir dalam jurang kemaksiatan. Secara sadar atau tidak kita memilih nafsu daripada mengendalikan nafsu tersebut, contoh ketika saat adzan berkumandang banyak dari kita yang lebih menunda waktu sholat dan lebih memikirkan pekerjaan dunia. Alloh SWT berfirman dalam (Maryam (18) : 59) “Maka datanglah sesudah mereka, pengganti yang menyia-nyiakan Sholat dan mengikuti hawa nafsunya, maka mereka kelak akan tersesat.” Ibnu Abbas r.a menafsirkan ayat ini mengatakan, “Makna menyia-nyiakan bukanlah berarti meninggalkan sholat sama sekali, namun mengerjakan pada akhir waktu yang seharusnya”. Salah satu cara setan untuk menjauhkan muslim dari Robbnya yaitu dengan penundaan. Shilan bin Farwah mengatakan, “Aku menemukan bahwa sikap menunda-nunda (dalam kebaikan) adalah salah satu prajurit iblis yang telah banyak membinasakan makhluk Alloh”.

 Conton lain adalah menunda sedekah karena terlalu sayang dengan harta. Padahal harta yang diberikan kepada kita adalah harta titipan Alloh bukan sepenuhnya milik kita dan sedekah merupakan kewajiban bagi setiap muslim yang mendapatkan rejeki. Menunda menutup aurat karena berbagai alasan masih banyak ditemui wanita-wanita yang belum menutup aurat. Menutup aurat bukanlah sebuah pilihan yang ditawarkan oleh Alloh namun sebuah kewajiban yang harus dilaksanakan wanita ketika sudah baligh tanpa perlu menunda. Alloh pun akan memberikan hukuman yang keras kepada wanita yang tidak mau menutup aurat. Dan menunda nunda melakukan kebaikan yang lain yang seolah-olah kita berfikir bahwa kita diberikan oleh Alloh jaminan untuk dapat menghirup udara di detik berikutnya atau di hari berkutnya. Pada kenyataanya tidak ada satupun yang dapat menjamin berapa lama kita dapat hidup di dunia ini.
Oleh karena itu salah satu cara agar kita tidak diperbudak oleh nafsu kita, hendaknya dengan memperbaiki keimanan. Dan tidak melakukan penundaan dalam memperbaiki keimanan  tersebut. Kalimat keimanan merupakan kalimat tauhid, segala ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah perbuatan yang munkar. Kalimat tauhid adalah kalimat “laa ilaa ha illalloh” iman yang benar dan bersih akan menghasilkan amal yang baik dan bersih pula, sedangkan iman yang sesat akan menumbuhkan amal yang rusak. Tanpa iman amal akan tertolak, tanpa iman keislaman tidak dipandang sah. Seperti pada firman Alloh dalam surat (An Nisa (4) : 124-125)

Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal sholeh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun. Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Alloh, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrohim yang lurus? Dan Alloh mengambil Ibrohim menjadi kesayanganNya.”

 Maka dengan iman seorang muslim akan lebih berkualitas di hadapan Alloh. Tuntutan iman antara lain mencintai Alloh dan Rosulnya, mendengar dan taat atas segala perintahnya, mengerjkan amal sholeh dsb.
Maka jika umat muslim sudah merasakan manisnya iman dan keteguhan diharapkan mereka dapat membebaskan jiwa dari penghambaan selain Alloh. (Al-Imron (3) : 64)

”Katakanlah wahai ahlul-kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimah yang sama di antara kami dan di antara kamu yaitu bahwa janganlah kita menyembah melainkan kepada Alloh, dan jangan kita menyekutukan sesuatu dengan Dia, dan jangan menjadikan sebahagian dari kita akan sebahagian menjadi illah-illah selain dari Alloh. Maka jika mereka berpaling, hendaklah kamu katakan: Saksikanlah olehmu, bahwasanya kami ini adalah orang-orang yang Islam.”

Dan Insyaa Alloh dengan kualitas keimanan yang kokoh Alloh akan membalas dengan memberikan manfaat keimanan dalam kehidupan dunia yaitu diberikan kehidupan yang lebih baik. (An Nahl (16) : 97)

“Barang siapa mengerjakan amal soleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”

Dan juga mendapat perlindungan dari Alloh  (Al Baqoroh (2) : (257)

”Alloh pelindung orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah setan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka adalah penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.”


Selayaknya umat Islam menaruh perhatian yang besar terhadap Al Quran. Sebagaiman dicontohkan oleh nabi Muhammad saw di masa para sahabat. Beliau tidak memperkenankan sahabat menulis apa-apa kecuali AlQuran, supaya perhatian mereka tercurah pada Al Quran. Sehingga cahaya, api semangat dan pedoman dari Al Quran benar-benar mereka dapatkan. Akankah kita umat Islam generasi ini mengikuti langkah mereka atau malah tertipu dengan tipu daya setan ? Wallahu A’lamu bish Shawab.